Sabtu, 19 Juli 2008

"Estetika Bentuk"..masihkah penting?

Jika muncul pertanyaan seperti diatas, jawaban apakah yang akan anda berikan?. Secara real mungkin anda tepat bila menjawab 'Ya', tapi secara fact bisa jadi jawaban anda itu akan menimbulkan pernyataan yang akan menyudutkan anda, Why?.

Bila melihat fakta yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekarang ternyata karya arsitektur yang terbilang berhasil dalam hal hirarki untuk bentuk dan fungsinya, tidak lantas mendapat tanggapan positip bagi sebagian besar manusia dimuka bumi hal ini terkait dengan fakta-fakta yang ada bahwa hasil desain dari sebuah karya arsitektur merupakan penyumbang terbesar 80% peningkatan suhu yang tarjadi di bumi dikenal dengan istilah "Global Warning".

Apakah Global Warning itu? secara etimilogi kata- kata Global Warning adalah "pemanasan global" sedangakan secara garis besarnya Global Warning berarti naiknya suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh Efek Gas Rumah Kaca, pemakaian material bahan yang berlebihan, dan polusi dari asap kendaraan dan pabrik.

www.ohlone.edu

Lalu apa kaitan Estetika bentuk suatu bangunan dengan Global Warning tersebut? berikut saya akan mencoba menguraikan beberapa karya dari para arsitek dunia sehubungan dengan pro contra permasalahan tersebut.
  • Kenneth Yeang
Arsitek yang berasal dari negeri jiran malaysia ini merupakan arsitektur bio-klimatik, yaitu asitektur dengan konsep integritas unsur-unsur alam kedalam bangunan yang mempengaruhi suhu pada bangunan tersebut.

Seperti pada salah satu karyanya yaitu Mesiniaga Tower yang merupakan kantor pusat IBM di Sebang Jaya malaysia. Bangunan ini merupakan penggabungan dari konsep hi-tech dan bio-klimatik dimana untuk sistem pencahayaan dan penghawaan alami adalah sebesar 90%, sedang untuk konsep hi-tech pada bagian top floor bangunan dipasang radar untuk kepentingan "IT" bangunan sekaligus sebagai "solar energy" untuk energi alternatif bangunan. Bagunan ini juga menerapkan sistem "sky garden" dan "green roof" pada beberapa sisi bangunan.

www.yangsquare.com
  • Frank Owen Gehry
Arsitek Frank Gehry merupakan salah satu arsitektur "dekonstruksi-historycal", yaitu proses menerobos bentuk dan konstruksi konvensianl berdasrakan history/pengalaman masa lalu.

Berdasarkan sebuah cerita masa lalu beliau, yang gemar memelihara "ikan mas" hingga pada akhirnya dia merancang sebuah bangunan dengan bentuk sepeti ikan yang merupakan sebuah restaurant di Kobe Jepang.

Karya beliau yang lainnya adalah "Fish Centre" yang merupakan pusat pertujukkan seni di Newyork city, bangunan ini menggunakan pola bentukan sirip ikan dikeselurahan bangunan dan menggunakan bahan material dari "titanium-metal". Sungguh suatu karya arsitektur dengan nilai seni yang tinggi, tapi bagi sebagian pengamat lingkungan bahan material yang digunakan kurang tepat karena titanim merupakan bahan yang dapat mereduksi sinar matahari yang sangat tinggi, dan bahan dasarnya yang berasal dari penambangan biji besi yang sangat besar.


www.wikipedia.org

  • Jean Nouvel
Peraih penghargaan Pritzker Prize 2008 arsitek Jean Nouvel adalah pengusung arsitektur hi-tech, yang memberikan sentuhan technologi dengan menggunakan "kaca" pada sebagian besar karyanya. Kaca disini difungsikan sebagai alat untuk mereduksi sinar matahari untuk dijadikan sebagai bias warna pada bangunan, sehingga dengan sendirinya bangunan tersebut akan mempunyai warna yang berbeda pada saat siang dan malam hari.

Seperti pada bangunan karya beliau yang merupakan menara tertingi di Barcelona 2005 "Agbar Tower". Wajah dari bangunan ini dengan sendirinya akan berubah pada malam hari dengan cahaya dari lighting interior ruangan yang dibiaskan melalui kaca pada wajah bangunannya.

Atau seperti karyanya di Dubai Uni Emirat Arab " Dubai Opera", yang mana material bahannya menggunakan rangka titanium dan beton, yang dilengkapi dengan kaca sebagai penutup dinding bangunannya.

Untuk rangka titaniumnya dibuat dengan pola "pepohonan" untuk memberikan aksen yang dekoratif terhadap interior dari Dubai Opera. Dengan desain bangunan yang futuristik bangunan ini mampu meraih penghargaan Pritzker Prize pada bulan maret 2008.

Tetapi bagi sebagian orang mengangap kedua karya Nouvel tersebut tidak tepat dikomersilkan pada saat sekarang ini berhubungan dengan isu global warning, hal ini dekarenakan penggunaan kaca yang merupakan meterial utama bangunan dalam jumlah yang besar sehingga dapat mempengaruhi kenaikan suhu dipermukaan bumi.

  • Y.B. Mangunwijaya
Arsitek Mangunwijaya atau akrab disapa Romo Mangun adalah arsitek yang menerapkan nilai-nilai "kesejahteran" pada manusia selaku pembuat bangunannya.

Beliau juga seorang budayawan yang sangat peduli dengan masyarakat kecil, terlihat dari perkataan beliau ketika merancang pemukiman
Kali Code "investasi adalah pada tukangnya bukan kepada bangunannya". Mungkin bila kita menafsirkan pernyataan beliau bahwa sebuah bangunan itu adalah satu kesatuan antara bangunan itu sendiri, bangunan dengan arsitek, dan bangunan dengan tukangnya. Sehingga orang tidak hanya mengingat akan keberadaan suatu banggunan saja melainkan seluruh pihak-pihak yang terlibat dalam pembentukan bangunan tersebut.
www.vhrmedia.com

Pemukiman Kali Code yang terletak di Yogyakarta merupakan karya dari Romo Mangun yang dibangun bersama warga setempat, yang mana bahan material sebagian besar merupakan bahan-bahan bekas hasil dari sumbangan warga yang disulap menjadi sesuatu karya arsitektur yang bercitarasa kemasyarakatan dan kesejahteraan yang sangat tinggi.

Bangunan lainnya yang merupakan karya beliau adalah "wisma kuwera" yang merupakan tempat tinggal beliau dan tempat berkumpulnya beberapa budayawan dan aktivis rakyat kecil, secara arsitektural bangunan wisma terbuat dari investasi bahan-bahan bekas yang dibuat dengan dekoratif aksen-aksen bangunan yang mampu menghadirkan kesederhanaan dari penampilan bangunan, namun unsur keindahan dan keasrian dapat tetap dihadirkan.
relanmasato.blogspot.com

Bagian lain dari bangunan yang cukup menarik adalah, adanya taman ditengah-tengah bangunan yang berfungsi sebagai foyer penghubung ruangan. Taman ini juga mencerminkan bahwa beliau adalah seorang arsitek yang selalu mempertimbangkan unsur kenyamanan thermal pada bangunan dengan berusaha menghadirkannya melalui sentuhan yang alami.

Dari beberapa karya arsitek diatas munkin kita sudah mulai bisa menimbang-nimbang mengenai jawaban dari pertanyaan diatas, sejauh manakah pentingnya sebuah bentuk pada suatu bangunan?. Apakah kita akan selalu menganggap bahwa karya arsitektur yang baik adalah yang bisa menyihir setiap orang melalui estetik bentuk dan teknologi yang digunakannya?.

Ataukah mungkin sebuah karya arsitektur yang baik adalah jika mampu memberikan nilai seni keindahan pada penampilan bangunanya dan mampu menjadi pengayom akan kelestarian lingkungannya?, atau mungkin juga karya arsitektur yang hanya mampu memberikan nilai tinggi untuk kenyamanan tehrmalnya saja.

Disini mungkin saya bisa memberikan suatu pernyataan dari Profesor Steffen Lehmann sebagai jembatan untuk anda menimbang kembali jawaban ada, adalah "belajar dari preseden arsitektur vernakular, dan menggunakan teknologi baru. So! How about you?